
Interior Unik di Hunian Apik
Rumahku istanaku. Pameo itu tampaknya cukup mengungkapkan betapa hunian benar-benar menjadi singgasana indah nan nyaman bagi penghuninya. Apalagi, jika ditambah tata interior yang cantik. Jadilah rumah bagai istana. Beberapa rumah warga juga memiliki selera tinggi, baik arsitektur maupun interior. Ada yang berdesain minimalis, etnis Jawa-Bali, bahkan bergaya Victorian ala rumah-rumah Eropa. Tentu menambah ragam khazanah rumah-rumah di Bintaro Jaya.
Membangun rumah tidak hanya akan dinikmati oleh sang empu, melainkan dapat dijadikan suplemen mata bagi orang-orang yang melintas ataupun berkunjung ke rumah kita. Tak heran rumah lantas menjadi obyek yang dapat menghibur sekaligus menjadi inspirasi bagi siapapun dalam membangun dan menata hunian.
Keapikan sebuah hunian bukan pula hanya tampak dari bagian luarnya saja, atau desain arsitekturnya. Bicara eksterior rumah memang erat kaitannya dengan interior. Maklum, eksterior atau desain arsitektur sebuah rumah sangat memengaruhi inspirasi interior nantinya apabila rumah sudah rampung. Karena, interior sebuah rumah bagi sebagian orang juga sering dikaitkan dengan prestise dan kepribadian sang empu rumah.
Desain interior sebenarnya adalah bagaimana memaksimalkan ruangan di dalam rumah agar terlihat indah, enak dipandang, dan tentu saja rasa nyaman yang akan ditimbulkan. Tidak heran kalau hotel-hotel berkelas selalu menggunakan jasa para desain interior ternama untuk mendesain suite-suite atau kamar yang mereka jual. Pertanyaanya adalah bisakah kenyamanan hotel bintang lima kita dapatkan di rumah kita sendiri?
Kalau pertanyaan itu ditujukan kepada pasangan Wayan Samudra Gina Antara (Gigin)-Luh Santhi Ratna Ayu (Santhi), tentu saja jawabannya adalah ya. Untuk ‘berada’ di Bali, ternyata tidak harus membawa pintu gebyok, patung, dan rangkaian ukiran yang rumit ke dalam rumah. Cukup memercayakan pada bahan bernama kayu dan batu di sekeliling rumah, gemericik air, dan taburan bunga kamboja. Rumah pasangan ini memang tidak sepenuhnya bercorak Bali, lantaran ada unsur modern, namun entah mengapa nuansa Bali terasa berhembus sejuk, sejak saat pertama kali kita memasuki halaman rumah.
Paduan Bali dan Modern

Unsur modern terlihat di perangkat elektronik dan sebuah bar kecil plus kitchen set (dapur bersih) yang terletak di sisi meja makan. Bergerak ke kanan, kita akan menemui kolam kecil, tumbuhan rambat, dan pohon kecil dengan waterwall yang menambah nuansa eksotis di dalam rumah. Lukisan yang berada di lantai bawah, juga bercorak lukisan. Ini sekaligus pertanda kalau lantai bawah lebih mewakili unsur modern atau mediteran.
Naik ke lantai atas, kita baru akan menemui atmosfer Bali. Terutama pada lukisan bercorak Bali dan sebuah ruangan yang dinamakan Kamar Suci, tempat Gigin dan keluarga berserah diri kepada Yang Maha Kuasa dan meninggalkan segala rutinitas. Terdapat lima kamar di level ini. Dua kamar untuk anak, kamar tidur utama, ruang kerja, dan satu kamar suci tadi. Yang menarik dari level ini adalah kamar anak sengaja dibuat memiliki connecting doors tanpa dilengkapi TV. “Agar keakraban terjalin, kita sengaja menempatkan home theater set di ruang nonton keluarga atas,” jelas Shanti.
Kamar mandi utama juga tak kalah menarik. Memiliki nuansa alam di sisi bak jacuzzi bertabur bunga. Nuansa relaksasi tampak langsung menyeruak ketika kita memasuki ruang bersih-bersih ini. Toilet sengaja agak dipisahkan dari bathtub. Sirkulasi ruangan ini pun terjaga dengan baik dengan adanya ruang terbuka bertanaman hijau di sisi pojok kanan ruang. Sebuah ukiran Bali juga tampak menghias kamar pribadi Gigin-Shanti.
Di samping luar rumah, terdapat sebuah taman dan gazebo yang rencananya akan dibuatkan kolam renang oleh Gigin. “Kami rencananya akan menambah rumah kami dengan kolam renang, di-extend-lah,” terang Gigin. Ia juga akan menambah ruang, mulai dari waterwall dalam yang menembus ke arah kolam renang samping. “Biasanya kami memakai taman samping untuk kegiatan warga dan pesta barbeque,“ tambah Gigin.
Rumah Tropis

Baru tahun 2006 lalu, Aryo merenovasi rumah dengan menggabungkan dua kavling yang berhimpitan depan belakang. Renovasi total dilakukan dengan membuat hunian memanjang berukuran 6 x 30 m. Begitu rampung, rumah miliknya ini memang kemudian terlihat lebih lega dengan penataan antara ruang tamu, living room, ruang kerja, ruang makan, dan ruangan lain, diatur secara menyatu.
Aryo memilih konsep rumah tropis untuk mendesain interior rumah. Menurutnya, konsep rumah tropis adalah yang paling cocok sesuai selera. “Buat saya, rumah tropis adalah rumah yang banyak terbukanya, sehingga mudah melihat langit, cukup cahaya matahari, banyak mendapat udara bebas, dan hemat lampu,“ ujarnya.
Di dalam rumah, Aryo sengaja membuat dua ‘ruang terbuka’. Satu ruang terbuka biasanya dipergunakan sebagai ruang makan, atau sekadar tempat bermain putrinya yang baru berusia 2,5 tahun. Ruangan tersebut beralaskan kayu woodeck. Sedangkan ruang terbuka satunya lagi sebagai ruangan non aktif, tidak difungsikan apa-apa, hanya digunakan untuk menambah indahnya pemandangan rumah.
Di tengah-tengah ruangan terbuka tersebut ditanami pohon kamboja. Sedangkan, taman di depan rumah, ditanami pohon tabebuya yang cukup memberi kerindangan. “Saya senang melihat bayang-bayang pohon daripada harus berpanas-panasan di bawah sinar matahari,” ujarnya.
Sisi depan rumah yang berlantai dua ini, salah satunya difungsikan sebagai kantor konsultan desain sejak 3 bulan lalu. Selebihnya, digunakan sebagai tempat tinggal. Interior rumah memang ia sendiri yang merancang, baik dalam penataan letak maupun posisi. “Saya atur sesuka hati, “ ujar Aryo. Pakai filosofi feng shui? “Saya sih percaya saja sejauh itu memang logis,“ sambungnya.
Koleksi Perabot

Uniknya, bukan sembarang perabot yang ditata sedemikian rupa memenuhi ruangan. Itu adalah hasil koleksi pribadi sang empu rumah dari berbagai perjalanan dinasnya ke beberapa negara. Maklum saja, Rudy cukup lama bertugas di Bank BNI hingga menjabat sebagai general manager. Seperti halnya Aryo, rumah Rudy pun merupakan gabungan dua kavling yang berhimpitan depan belakang.
Selama bermukim di banyak negara, seperti Cina dan negara-negara Eropa, Rudy dan Srihartini, sang istri, memang gemar membeli barang-barang perabot yang menarik dan unik. Berbagai perabot pun dibeli dan dikirim langsung ke Indonesia. “Awalnya, cuma ditumpuk saja di rumah Bintaro Jaya seperti gudang, karena kami masih tinggal di luar negeri,“ ujarnya.
Tak terasa, tahun demi tahun, rumah mulai disesaki barang-barang impor yang dikirimkannya langsung kala menetap di luar negeri. Seperti sofa, mother clock dari London, tapestry dari India, devider, meja serta kursi makan dari Cina, dan masih banyak lagi. “Saya dan istri memiliki taste yang sama, kami sama-sama gemar travelling dan membeli sesuatu yang kami rasa unik dan menarik,“ jelas Rudy yang kini mengisi masa pensiunnya dengan menjadi seorang consultan risk management.
Bukan hanya produk perabot asal luar negeri saja yang dikoleksi, Rudy dan Suhartini juga kerap mengoleksi perabot ataupun pajangan asal negeri sendiri, seperti yang berasal dari Bali dan Jawa. Paling disukainya adalah sebuah gebyok antik berbahan kayu jati yang dipasangnya seakan menyangga langit-langit rumah di lorong menuju ruang tamu. “Gebyok ini berasal dari Kudus, dan barang bekas pakai, “ ujar Rudy, pehobi golf dan pengoleksi topi.
Awal tahun 2008, akhirnya Rudy menggabungkan kedua rumah yang luas totalnya mencapai 440 m2. “Arsitektur bangunan sebenarnya lebih ke arah Bali, tapi saya gabungkan dengan nuansa Jawa,“ ujarnya. Untuk ubin, Rudy memilih paduan antara marmer dan keramik berwarna putih.
“Sebenarnya, konsep interior rumah saya lebih kepada pemanfaatan barang yang ada. Jadi, tidak membuat semuanya baru,“ jelasnya. Termasuk menggunakan gebyok asal Kudus di lorong menuju ruang tamu. Rumahnya mencakup empat kamar tidur, empat kamar mandi, ruang belajar, ruang tamu, ruang santai keluarga, ruang makan, beserta mini bar. Terdapat pula sebuah ruang olah raga di samping rumah.